Kamis, 07 Juni 2012

WADUK CIRATA DAN IKAN BAKARNYA

Waduk Cirata yang terletak di Kabupaten Purwakarta ternyata menyimpan sejuta pesona. Perjalananku dengan keluarga kecilku pada hari Sabtu tanggal 7 April 2012 untuk pertama kalinya membawa kenangan indah.

Daerah Plered dengan kerajinan tanah liatnya
Memasuki pintu gerbang waduk, tidak ada tiket yang harus dibayar. Hanya tanda masuk kendaraan roda empat . Perjalanan menuju waduk dengan pemandangan yang indah dan asri, di kanan dan kirinya pepohonan yang rindang serta jalan mulus yang berkelok-kelok. tampak dari jauh air terjun kecil disela-sela pegunungan.
Jalan menuju Waduk Cirata





Suasana jalan menuju Waduk Cirata


Kami  pun tiba di Waduk Cirata. Waduk ini airnya kelihatan begitu tenang, jalanan yang mulus dan pemandangan yang indah di sekitar waduk membuat kami terpesona. Waduk ini tidak dikomersilkan sebagai tempat pariwisata hanya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pengunjung waduk tidak terlalu banyak pada hari ini. Beberapa anak muda berdiri santai menikmati keindahan waduk. Sambil menikmati keindahan waduk sambil menikmati es cingcau yang banyak dijual keliling. Di salah satu sudut waduk berdiri beberapa warung sederhana yang menyediakan santapan khas waduk Cirata yaitu sate maranggi dan ikan bakar.















Dari sipenjual es cingcau kami mendapatkan informasi tempat yang menjual ikan bakar persis di pinggir waduk. Tempatnya namanya Buangan. Akhirnya kami menuju ke sana. Kami pun sampai ditempat tujuan. Tampak berdiri rumah-rumah kecil yang menjual menu ikan bakar. Kami menuju salah satu warung makan. Warung tersebut hanya menyediakan menu ikan nila bakar dan nasi liwet. Kami memesan satu porsi ikan nila bakar dan nasi liwet. Menu disajikan dengan sangat sederhana khas pedesaan. Nasi liwet juga dimasak mendadak. Sehingga kami menunggu cukup lama. Sambil menunggu , kami menikmati jajanan keliling yang tersedia. Ada rujak tumbuk, bakso cuanki, tahu Sumedang dan tidak ketinggalan mainan tradisional.
Pesanan kami pun datang. Kami agak terkejut, karena menikmati ikan bakar dan nasi liwet tersebut tidak menggunakan piring tetapi menggunakan penampan yang bundar dan lebar. Jadi satu penampan digunakan bersama=sama. Ikan bakar di tempat nini menikmatinya dengan menggunakan sambel kacang dan lalapan mentimun.
Di sisi lain kami pun menikmati penyajian yang back to nature. Semoga menu-menu tradisional Indonesia yang lainpun tetap lestari tidak termakan perubahan jaman.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar